Commodity Channel Index
Commodity Channel Index (CCI) adalah indikator teknikal yang dikembangkan oleh Donald Lambert.
Awalnya indikator ini memang dikembangkan untuk menganalisis pergerakan
komoditi, namun ternyata berkembang menjadi salah satu indikator yang
populer dan banyak digunakan para trader untuk menganalisis pergerakan
indeks saham maupun mata uang.
Kali ini kita akan membahas penggunaan
CCI sebagai alat bantu dalam melakukan analisis teknikal. Diharapkan,
indikator ini akan meningkatkan kemampuan Anda dalam trading.
Gambar di atas memperlihatkan indikator CCI yang diplot pada grafik. CCI memiliki tiga komponen, yaitu:
- Garis CCI
- Area overbought (jenuh beli)
- Area oversold (jenuh jual)
Sederhananya, ketika garis CCI mengarah
ke atas, itu artinya pasar sedang dalam keadaan bullish (harga sedang
naik). Sebaliknya, ketika garis CCI mengarah ke bawah artinya pasar
sedang dalam keadaan bearish (harga sedang turun). Semakin curam
kemiringan garis CCI menunjukkan bahwa tekanan bullish atau bearishnya
semakin kuat.
Kemudian ada area overbought dan area
oversold. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, overbought
artinya adalah jenuh beli. Ketika CCI masuk ke area overbought maka
diperkirakan harga sudah terlalu tinggi sehingga ada kemungkinan harga
akan mengalami penurunan. Pada CCI, area overbought ini berada di atas
level 100.
Sebaliknya, oversold artinya adalah
jenuh jual. Jadi ketika CCI masuk ke area oversold maka diperkirakan
harga pada saat itu sudah cukup rendah sehingga ada kemungkinan harga
akan naik. Pada CCI, area oversold ini berada di bawah level -100.
Dalam contoh di atas, grafik AUD/USD
terlihat bullish, namun CCI terlihat mulai bergerak turun di area
overbought. Ini merupakan salah satu indikasi bahwa tekanan bullish
mulai berkurang. Dengan demikian, ada kemungkinan harga akan mengalami
koreksi turun.
CCI juga bisa Anda manfaatkan sebagai konfirmasi sinyal buy dan sell. Caranya cukup sederhana. Sinyal
sell adalah ketika garis CCI turun dari area overbought dan turun ke
bawah level 100. Sebaliknya, sinyal buy adalah ketika garis CCI naik
dari area oversold dan naik ke atas level -100.
Namun perlu diingat bahwa sinyal yang valid adalah sinyal yang searah dengan tren. Ini
berarti sinyal sell biasanya valid jika muncul pada saat downtrend dan
sinyal buy biasanya valid jika muncul pada saat uptrend. Memang
kadang kalah sinyal yang berlawanan dengan arah tren juga bisa
dimanfaatkan, akan tetapi hasilnya biasanya tidak semaksimal sinyal yang
searah dengan tren.
Jadi, tetap saja Anda harus mencermati
dulu tren yang tengah berlangsung di pasar. Yang pertama kali harus Anda
amat adalah price action-nya dulu (yang terlihat dari grafik), baru
kemudian indikatornya. Ingatlah selalu bahwa indikator hanya bersifat
membantu Anda untuk menemukan momen yang tepat.
Menemukan Divergence
Selain memberikan informasi oversold dan
overbought, CCI juga bisa Anda pergunakan untuk menemukan divergence.
Divergence biasanya diikuti oleh koreksi harga.
Ada dua jenis divergence, yaitu bearish divergence dan bullish divergence.
Bearish divergence terjadi pada saat
uptrend. Ketika bearish divergence ini terkonfirmasi maka cenderung akan
terjadi koreksi turun.
Konfirmasi bearish divergence yang
paling mudah adalah ketika garis CCI turun melewati garis level 0.00.
Pola atau formasi candlestick juga bisa dipergunakan sebagai konfirmasi
(akan dipelajari pada level yang lebih lanjut). Namun perlu diingat
bahwa bearish divergence biasanya cenderung hanya akan diikuti oleh
koreksi turun saja, sehingga target pergerakannya pun tidak akan jauh.
Dalam hal ini, trend line atau support terdekat bisa Anda pergunakan
sebagai target pergerakan terjauhnya.
Konfirmasi bullish divergence adalah
ketika garis CCI naik dan melewati garis level 0.00. Seperti halnya
bearish divergence, bullish divergence pun biasanya hanya diikuti oleh
koreksi naik (meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada
pergerakan yang lebih panjang). Oleh sebab itu, bijaksanalah dalam
memanfaatkan divergence sebagai sinyal entry.